WAHAI MANUSIA LIHATLAH HATIMU....
Rosulullah  bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim  yang artinya: “Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah. jika  segumpal darah tersebut baik maka akan baik pulalah seluruh tubuhnya,  adapun jika segumpal darah tersebut rusak maka akan rusak pulalah  seluruh tubuhnya, ketahuilah segumpal darah tersebut adalah hati.” (Yang  lebih benar untuk penyebutan segumpal darah (القلب ) tersebut adalah  jantung, akan tetapi di dalam bahasa Indonesia sudah terlanjur biasa  untuk menerjemahkan القلب dengan “hati”).
Maka hati bagaikan raja  yang menggerakkan tubuh untuk melakukan perbuatan-perbuatannya, jika  hati tersebut adalah hati yang baik maka seluruh tubuhnya akan tergerak  untuk mengerjakan hal-hal yang baik, adapun jika hatinya adalah hati  yang buruk maka tentunya juga akan membawa tubuh melakukan hal-hal yang  buruk. Hati adalah perkara utama untuk memperbaiki manusia, Jika  seseorang ingin memperbaiki dirinya maka hendaklah ia memperbaiki dahulu  hatinya!!!
Ketahuilah, hati ini merupakan penggerak bagi seluruh  tubuh, ia merupakan poros untuk tercapainya segala sarana dalam  terwujudnya perbuatan. Hati laksana panglima yang memompa pasukannya  untuk melawan musuh atau melemahkan mereka sehingga mundur dari medan  peperangan. Karena hati disifatkan dengan sifat kehidupan dan kematian,  maka hati ini juga dibagi dalam tiga kriteria yakni hati yang mati, hati  yang sakit dan hati yang sehat.
1. Hati yang Sehat
Yaitu hati  yang selamat, hati yang bertauhid (mengesakan Alloh dalam setiap  peribadatannya), di mana seseorang tidak akan selamat di hari akhirat  nanti kecuali ia datang dengan membawa hati ini. Alloh berfirman dalam  surat as-Syu’ara ayat 88-89 yang artinya :
“(Yaitu) hari di mana  tidak berguna lagi harta dan anak-anak kecuali mereka yang datang  menemui Alloh dengan hati yang selamat (selamat dari kesyirikan dan  kotoran-kotorannya).” (QS. Asy Syu’ara: 88,89)
Hati yang sehat ini  didefinisikan dengan hati yang terbebas dari setiap syahwat, selamat  dari setiap keinginan yang bertentangan dari perintah Alloh, selamat  dari setiap syubhat (kerancuan-kerancuan dalam pemikiran), selamat dari  menyimpang pada kebenaran. Hati ini selamat dari beribadah kepada selain  Alloh dan berhukum kepada hukum selain hukum Rosul-Nya. Hati ini  mengikhlaskan peribadatannya hanya kepada Alloh dalam keinginannya,  dalam tawakalnya, dalam pengharapannya dalam kecintaannya Jika ia  mencintai ia mencintai karena Alloh, jika ia membenci ia membenci karena  Alloh, jika ia memberi ia memberi karena Alloh, jika ia menolak ia  menolak karena Alloh. Hati ini terbebas dari berhukum kepada hukum  selain Alloh dan Rosul-Nya. Hati ini telah terikat kepada suatu ikatan  yang kuat, yakni syariat agama yang Alloh turunkan. Sehingga hati ini  menjadikan syariat sebagai panutan dalam setiap perkataan dan  perbuatannya.
Alloh berfirman yang artinya :
“Wahai  orang-orang yang beriman, janganlah kalian bersikap mendahului Alloh dan  Rosul-Nya, bertakwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Mendengar  lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Hujurot: 1)
Pemilik hati yang sehat  ini akan senantiasa dekat dengan Al Quran, ia senantiasa berinteraksi  dengan Al Quran, ia senantiasa tenang, permasalahan apapun yang  dihadapinya akan dihadapi dengan tegar, ia senantiasa bertawakal  kepada-Nya karena ia mengetahui semua hal berasal dari Alloh dan  semuanya akan kembali kepada-Nya. Di manapun ia berada zikir kepada  Alloh senantiasa terucap dari lisannya, jika disebut nama Alloh  bergetarlah hatinya, jika dibacakan ayat-ayatNya maka bertambahlah  imannya. Pemilik hati inilah seorang mukmin sejati, orang yang Alloh  puji dalam Firman-Nya yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang  beriman (sempurna imannya) ialah mereka yang bila disebut nama Alloh  gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah  iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allohlah mereka bertawakkal  (berserah diri).” (QS. Al-Anfaal: 2)
2. Hati yang Mati
Hati  yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapa Robbnya, ia tidak  menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya, ia tidak menghadirkan setiap  perbuatannya berdasarkan sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya. Hati  ini senantiasa berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan dunia walaupun  di dalamnya ada murka Alloh, akan tetapi hati ini tidak memperdulikan  hal-hal tersebut, baginya yang terpenting adalah bagaimana ia bisa  melimpahkan hawa nafsunya. Ia menghamba kepada selain Alloh, jika ia  mencinta maka mencinta karena hawa nafsu, jika ia membenci maka ia  membenci karena hawa nafsu.
Alloh berfirman yang artinya :
“Maka  pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai  tuhannya, dan Alloh membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Alloh  mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas  penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah  Alloh (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil  pelajaran?” (QS. Al Jaatsiyah: 23)
Pemilik hati ini jika dibacakan  kepadanya ayat-ayat Al Quran maka dirinya tidak tergetar, ia senantiasa  ingin menjauh dari Al Quran, ia lebih senang mendengar suara-suara yang  membuatnya lalai, ia lebih senang mendengar nyanyian, mendengar musik,  mendengar suara-suara yang menggejolakkan hawa nafsunya. Pemilik hati  ini senantiasa gelisah, ia tidak tahu harus kepada siapa ia menyandarkan  dirinya, ia tidak tahu kepada siapa ia berharap, ia tidak tahu kepada  siapa ia meminta, kehidupannya terombang-ambing, ke mana saja angin  bertiup ia akan mengikutinya, ke mana saja syahwat mengajaknya ia akan  mengikutinya, wahai betapa menderitanya pemilik hati ini!
3. Hati yang Sakit
Hati  ini adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit. Hati ini akan  mengikuti unsur kuat yang mempengaruhinya, terkadang hati ini cenderung  kepada “kehidupan” dan terkadang cenderung kepada “penyakit”. Pada hati  ini ada kecintaan kepada Alloh, keimanan, keikhlasan dan tawakal  kepada-Nya. Akan tetapi pada hati ini juga terdapat kecintaan kepada  syahwat, ketamakan, hawa nafsu, dengki, kesombongan dan sikap bangga  diri.
Ia ada di antara dua penyeru, penyeru kepada Alloh, Rosul dan  hari akhir dan penyeru kepada kehidupan duniawi. Seruan yang akan  disambutnya adalah seruan yang paling dekat dan paling akrab kepadanya.
Pemilik  hati ini akan senantiasa berubah-ubah, terkadang ia berada dalam  ketaatan dan kebaikan, terkadang ia berada dalam maksiat dan dosa.  Amalannya senantiasa berubah sesuai dengan lingkungannya, jika  lingkungannya baik maka ia berubah menjadi baik adapun jika  lingkungannya buruk maka ia akan terseret pula kepada keburukan.
Demikianlah,  hati yang pertama adalah hati yang hidup, khusyu’, tawadhu’, lembut dan  selalu berjaga. Hati yang kedua adalah hati yang gersang dan mati. Hati  yang ketiga adalah hati yang sakit, kadang-kadang dekat kepada  keselamatan dan kadang-kadang dekat kepada kebinasaan.
Maka wahai  kaum muslimin! hendaknya kita menginterospeksi diri kita sendiri,  termasuk dalam golongan yang manakah hati kita? apakah hati kita  termasuk dalam hati yang sehat, hati yang sakit atau malah hati kita  telah mati? Maka renungkanlah Firman Alloh dalam surat Al-Kahfi ayat 49  yang artinya :
“Dan diletakkanlah kitab (kitab amalan perbuatan),  lalu kamu akan melihat orang-orang berdosa ketakutan terhadap apa yang  (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: Aduhai celaka kami, kitab  apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang  besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah  mereka kerjakan hadir (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang  juapun.” (QS. Al Kahfy: 49)
Dan sebaliknya Firman-Nya dalam Surat Al-Kahfi ayat 29-30 yang artinya :
“Sesungguhnya  orang-orang yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan  menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan  yang baik. Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga ‘Adn,  mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi  dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus  dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas  dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat  istirahat yang indah.” (QS. Al KahfI: 29,30)
"Wahai zat yang  membolak-bolakkan hati, teguhkanlah hati kami diatas agamamu, wahai zat  yang membolak-balikkan hati tuntunlah hati kami teguh di atas ketaatan  kepada-Mu…"
Penulis: Abu Sa’id Satria Buana
Murojaah: Ustadz Abu Sa’ad

 
7 komentar:
wah amazing.............banget5 dah
rusak hati rusak badan
yoyi,,,,,,,,,cuy,semoga bermanfaat,,,,,,,,
sabar eah allah maha tau kok..............
jadi hatiku tipe hati yg mana nih????
umi&siti@mksh....amiin
chaer@hmmm bisa jg
martyn@ sabar tanpa batas...
nova@ silahkan tentukan mana tipe hati anda???
Posting Komentar