
Assalamu'alaikum... 
Bertahun-tahun  yang lalu, saya berdoa kepada Tuhan untuk memberikan saya pasangan,  "Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidak memintanya", Tuhan  menjawab.
Tidak hanya saya meminta kepada Tuhan,seraya  menjelaskan kriteria pasangan yang saya inginkan. Saya menginginkan  pasangan yang baik hati,lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh  dengan damai dan sukacita, murah hati, penuh pengertian, pintar,  humoris, penuhperhatian. Saya bahkan memberikan kriteria pasangan  tersebut secara fisik yang selama ini saya impikan.
Sejalan  dengan berlalunya waktu,saya menambahkan daftar kriteria yang saya  inginkan dalam pasangan saya. Suatu malam, dalam doa, Tuhan berkata  dalam hati saya, "HambaKu, Aku tidak dapat memberikan apa yang engkau  inginkan."
Saya bertanya, "Mengapa Tuhan?" dan Ia! menjawab,  "Karena Aku adalah Tuhan dan Aku adalah Adil. Aku adalah Kebenaran dan  segala yang Aku lakukan adalah benar."
Aku bertanya lagi, "Tuhan, aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapat memperoleh apa yang aku pinta dariMu?"
Jawab  Tuhan, "Aku akan menjelaskan kepadamu. Adalah suatu ketidakadilan dan  ketidakbenaran bagiKu untuk memenuhi keinginanmu karena Aku tidak dapat  memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau. Tidaklah adil bagiKu  untukmemberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu  jika terkadang engkau masih kasar; atau memberikan seseorang yang  pemurah tetapi engkau masih kejam; atau seseorang yang mudah mengampuni,  tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam; seseorang yang  sensitif, namun engkau sendiri tidak..."
Kemudian Ia berkata  kepada saya, "Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu seseorang  yang Aku tahu dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama  ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang sudah  mempunyai semua itu. Pasanganmu akan berasal dari tulangmu dan dagingmu,  dan engkau akan melihat dirimu sendiri di dalam dirinya dan kalian  berdua akan menjadi satu. Pernikahan adalah seperti sekolah, suatu  pendidikan jangka panjang. Pernikahan adalah tempat dimana engkau dan  pasanganmu akan saling menyesuaikan diri dan tidak hanyabertujuan untuk  menyenangkan hati satu sama lain, tetapi untuk menjadikan kalian manusia  yang lebih baik, dan membuat suatu kerjasama yang solid. Aku tidak  memberikan pasangan yang sempurna karena engkau tidak sempurna. Aku  memberikanmu seseorang yang dapat bertumbuh bersamamu".
............................
Ini  untuk : yang baru saja menikah, yang sudah menikah, yang akan menikah  dan yang sedang mencari, khususnya yang sedang mencari.
J I K A ........
Jika kamu memancing ikan.....Setelah ikan itu terikat di mata kail, hendaklah kamu mengambil ikan itu.....
Janganlah  sesekali kamu lepaskan ia semula ke dalam air begitu saja.... Karena ia  akan sakit oleh karena bisanya ketajaman mata kailmu dan mungkin ia  akan menderita selagi ia masih hidup.
Begitulah juga setelah  kamu memberi banyak pengharapan kepada seseorang.... Setelah ia mulai  menyayangimu hendaklah kamu menjaga hatinya.....
Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja......
Karena ia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak dapat melupakan segalanya selagi dia mengingat.....
Jika  kamu menadah air biarlah berpada, jangan terlalu mengharap pada  takungannya dan janganlah menganggap ia begitu teguh......cukuplah  sekadar keperluanmu.......
Apabila sekali ia retak......tentu sukar untuk kamu menambalnya semula......
Akhirnya ia dibuang......
Sedangkan jika kamu coba memperbaikinya mungkin ia masih dapat dipergunakan lagi.....
Begitu juga jika kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya.....
Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa.....
Anggaplah ia manusia biasa.
Apabila sekali ia melakukan kesilapan bukan mudah bagi kamu untuk menerimanya.....akhirnya kamu kecewa dan meninggalkannya.
Sedangkan jika kamu memaafkannya boleh jadi hubungan kamu akan terus hingga ke akhirnya.....
Jika kamu telah memiliki sepinggan nasi.....yang pasti baik untuk dirimu. Mengenyangkan. Berkhasiat.
Mengapa kamu berlengah, coba mencari makanan yang lain....
Terlalu ingin mengejar kelezatan.
Kelak, nasi itu akan basi dan kamu tidak boleh memakannya.
kamu akan menyesal.
Begitu juga jika kamu telah bertemu dengan seorang insan....yang membawa kebaikan kepada dirimu.
Menyayangimu. Mengasihimu.
Mengapa kamu berlengah, coba bandingkannya dengan yang lain. Terlalu mengejar kesempurnaan.
Kelak, kamu akan kehilangannya; apabila dia menjadi milik orang lain kamu juga akan menyesal. 
Kesimpulan:
Allah tahu dan memberikan yg kita butuhkan...tidak selalu yg kita inginkan.
Jika kita ingin dapat pasangan yg baik maka benahi dahulu diri kita sendiri.seperti janji Allah:
Wanita-wanita  yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji  adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik  adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk  wanita-wanita yang baik (pula). (QS.An-nur:26)
Wassalam...^_^
 
 
 

Rosulullah  bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim  yang artinya: “Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah. jika  segumpal darah tersebut baik maka akan baik pulalah seluruh tubuhnya,  adapun jika segumpal darah tersebut rusak maka akan rusak pulalah  seluruh tubuhnya, ketahuilah segumpal darah tersebut adalah hati.” (Yang  lebih benar untuk penyebutan segumpal darah (القلب ) tersebut adalah  jantung, akan tetapi di dalam bahasa Indonesia sudah terlanjur biasa  untuk menerjemahkan القلب dengan “hati”).
Maka hati bagaikan raja  yang menggerakkan tubuh untuk melakukan perbuatan-perbuatannya, jika  hati tersebut adalah hati yang baik maka seluruh tubuhnya akan tergerak  untuk mengerjakan hal-hal yang baik, adapun jika hatinya adalah hati  yang buruk maka tentunya juga akan membawa tubuh melakukan hal-hal yang  buruk. Hati adalah perkara utama untuk memperbaiki manusia, Jika  seseorang ingin memperbaiki dirinya maka hendaklah ia memperbaiki dahulu  hatinya!!!
Ketahuilah, hati ini merupakan penggerak bagi seluruh  tubuh, ia merupakan poros untuk tercapainya segala sarana dalam  terwujudnya perbuatan. Hati laksana panglima yang memompa pasukannya  untuk melawan musuh atau melemahkan mereka sehingga mundur dari medan  peperangan. Karena hati disifatkan dengan sifat kehidupan dan kematian,  maka hati ini juga dibagi dalam tiga kriteria yakni hati yang mati, hati  yang sakit dan hati yang sehat.
1. Hati yang Sehat
Yaitu hati  yang selamat, hati yang bertauhid (mengesakan Alloh dalam setiap  peribadatannya), di mana seseorang tidak akan selamat di hari akhirat  nanti kecuali ia datang dengan membawa hati ini. Alloh berfirman dalam  surat as-Syu’ara ayat 88-89 yang artinya :
“(Yaitu) hari di mana  tidak berguna lagi harta dan anak-anak kecuali mereka yang datang  menemui Alloh dengan hati yang selamat (selamat dari kesyirikan dan  kotoran-kotorannya).” (QS. Asy Syu’ara: 88,89)
Hati yang sehat ini  didefinisikan dengan hati yang terbebas dari setiap syahwat, selamat  dari setiap keinginan yang bertentangan dari perintah Alloh, selamat  dari setiap syubhat (kerancuan-kerancuan dalam pemikiran), selamat dari  menyimpang pada kebenaran. Hati ini selamat dari beribadah kepada selain  Alloh dan berhukum kepada hukum selain hukum Rosul-Nya. Hati ini  mengikhlaskan peribadatannya hanya kepada Alloh dalam keinginannya,  dalam tawakalnya, dalam pengharapannya dalam kecintaannya Jika ia  mencintai ia mencintai karena Alloh, jika ia membenci ia membenci karena  Alloh, jika ia memberi ia memberi karena Alloh, jika ia menolak ia  menolak karena Alloh. Hati ini terbebas dari berhukum kepada hukum  selain Alloh dan Rosul-Nya. Hati ini telah terikat kepada suatu ikatan  yang kuat, yakni syariat agama yang Alloh turunkan. Sehingga hati ini  menjadikan syariat sebagai panutan dalam setiap perkataan dan  perbuatannya.
Alloh berfirman yang artinya :
“Wahai  orang-orang yang beriman, janganlah kalian bersikap mendahului Alloh dan  Rosul-Nya, bertakwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Mendengar  lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Hujurot: 1)
Pemilik hati yang sehat  ini akan senantiasa dekat dengan Al Quran, ia senantiasa berinteraksi  dengan Al Quran, ia senantiasa tenang, permasalahan apapun yang  dihadapinya akan dihadapi dengan tegar, ia senantiasa bertawakal  kepada-Nya karena ia mengetahui semua hal berasal dari Alloh dan  semuanya akan kembali kepada-Nya. Di manapun ia berada zikir kepada  Alloh senantiasa terucap dari lisannya, jika disebut nama Alloh  bergetarlah hatinya, jika dibacakan ayat-ayatNya maka bertambahlah  imannya. Pemilik hati inilah seorang mukmin sejati, orang yang Alloh  puji dalam Firman-Nya yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang  beriman (sempurna imannya) ialah mereka yang bila disebut nama Alloh  gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah  iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allohlah mereka bertawakkal  (berserah diri).” (QS. Al-Anfaal: 2)
2. Hati yang Mati
Hati  yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapa Robbnya, ia tidak  menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya, ia tidak menghadirkan setiap  perbuatannya berdasarkan sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya. Hati  ini senantiasa berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan dunia walaupun  di dalamnya ada murka Alloh, akan tetapi hati ini tidak memperdulikan  hal-hal tersebut, baginya yang terpenting adalah bagaimana ia bisa  melimpahkan hawa nafsunya. Ia menghamba kepada selain Alloh, jika ia  mencinta maka mencinta karena hawa nafsu, jika ia membenci maka ia  membenci karena hawa nafsu.
Alloh berfirman yang artinya :
“Maka  pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai  tuhannya, dan Alloh membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Alloh  mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas  penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah  Alloh (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil  pelajaran?” (QS. Al Jaatsiyah: 23)
Pemilik hati ini jika dibacakan  kepadanya ayat-ayat Al Quran maka dirinya tidak tergetar, ia senantiasa  ingin menjauh dari Al Quran, ia lebih senang mendengar suara-suara yang  membuatnya lalai, ia lebih senang mendengar nyanyian, mendengar musik,  mendengar suara-suara yang menggejolakkan hawa nafsunya. Pemilik hati  ini senantiasa gelisah, ia tidak tahu harus kepada siapa ia menyandarkan  dirinya, ia tidak tahu kepada siapa ia berharap, ia tidak tahu kepada  siapa ia meminta, kehidupannya terombang-ambing, ke mana saja angin  bertiup ia akan mengikutinya, ke mana saja syahwat mengajaknya ia akan  mengikutinya, wahai betapa menderitanya pemilik hati ini!
3. Hati yang Sakit
Hati  ini adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit. Hati ini akan  mengikuti unsur kuat yang mempengaruhinya, terkadang hati ini cenderung  kepada “kehidupan” dan terkadang cenderung kepada “penyakit”. Pada hati  ini ada kecintaan kepada Alloh, keimanan, keikhlasan dan tawakal  kepada-Nya. Akan tetapi pada hati ini juga terdapat kecintaan kepada  syahwat, ketamakan, hawa nafsu, dengki, kesombongan dan sikap bangga  diri.
Ia ada di antara dua penyeru, penyeru kepada Alloh, Rosul dan  hari akhir dan penyeru kepada kehidupan duniawi. Seruan yang akan  disambutnya adalah seruan yang paling dekat dan paling akrab kepadanya.
Pemilik  hati ini akan senantiasa berubah-ubah, terkadang ia berada dalam  ketaatan dan kebaikan, terkadang ia berada dalam maksiat dan dosa.  Amalannya senantiasa berubah sesuai dengan lingkungannya, jika  lingkungannya baik maka ia berubah menjadi baik adapun jika  lingkungannya buruk maka ia akan terseret pula kepada keburukan.
Demikianlah,  hati yang pertama adalah hati yang hidup, khusyu’, tawadhu’, lembut dan  selalu berjaga. Hati yang kedua adalah hati yang gersang dan mati. Hati  yang ketiga adalah hati yang sakit, kadang-kadang dekat kepada  keselamatan dan kadang-kadang dekat kepada kebinasaan.
Maka wahai  kaum muslimin! hendaknya kita menginterospeksi diri kita sendiri,  termasuk dalam golongan yang manakah hati kita? apakah hati kita  termasuk dalam hati yang sehat, hati yang sakit atau malah hati kita  telah mati? Maka renungkanlah Firman Alloh dalam surat Al-Kahfi ayat 49  yang artinya :
“Dan diletakkanlah kitab (kitab amalan perbuatan),  lalu kamu akan melihat orang-orang berdosa ketakutan terhadap apa yang  (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: Aduhai celaka kami, kitab  apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang  besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah  mereka kerjakan hadir (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang  juapun.” (QS. Al Kahfy: 49)
Dan sebaliknya Firman-Nya dalam Surat Al-Kahfi ayat 29-30 yang artinya :
“Sesungguhnya  orang-orang yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan  menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan  yang baik. Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga ‘Adn,  mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi  dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus  dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas  dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat  istirahat yang indah.” (QS. Al KahfI: 29,30)
"Wahai zat yang  membolak-bolakkan hati, teguhkanlah hati kami diatas agamamu, wahai zat  yang membolak-balikkan hati tuntunlah hati kami teguh di atas ketaatan  kepada-Mu…"
Penulis: Abu Sa’id Satria Buana
Murojaah: Ustadz Abu Sa’ad
 
 
 

1. Saya belum benar-benar yakin akan fungsi/kegunaan jilbab!
Kami kemudian menanyakan dua pertanyaan kepada saudari ini;
Pertama, apakah ia benar-benar percaya dan mengakui kebenaran agama Islam?
Dengan  alami ia berkata, “Ya, sambil kemudian mengucap Laa Ilaa ha Illallah!”  Yang menunjukkan ia taat pada aqidahnya dan Muhammadan rasullullah! Yang  menyatakan ia taat pada syariahnya. Dengan begitu ia yakin akan Islam  beserta seluruh hukumnya.
Kedua, kami menanyakan; Bukankah memakai jilbab termasuk hukum dalam Islam?
Apabila  saudari ini jujur dan tulus dalam ke-Islamannya, ia akan berkata; “Ya,  itu adalah sebagian dari hukum Islam yang tertera di Al-Quran suci dan  merupakan sunnah Rasulullah SAW yang suci.”
Jadi kesimpulannya  disini, apabila saudari ini percaya akan Islam dan meyakininya, mengapa  ia tidak melaksanakan hukum dan perintah-Nya?
2. Saya yakin akan pentingnya jilbab namun Ibu saya melarangnya, dan apabila saya melanggar ibu, saya akan masuk neraka.
Yang telah menjawab hal ini adalah ciptaan Allah Azza wa Jalla termulia.
Rasulullah  SAW dalam nasihatnya yang sangat bijaksana; “Tiada kepatuhan kepada  suatu ciptaan diatas kepatuhan kepada Allah SWT.” (H.R Ahmad)
Sesungguhnya,  status orangtua dalam Islam, menempati posisi yang sangat tinggi dan  terhormat. Dalam sebuah ayat disebutkan; “Sembahlah Allah dan janganlah  kamu mempersekutukan- Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada  kedua orang Ibu Bapak . . “ (QS. An-Nisa:36).
Kepatuhan terhadap orangtua tidak terbatas kecuali dalam satu aspek, yaitu apabila berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah SWT.
Allah berfirman;
“dan  jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang  tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti  keduanya…( QS. Luqman : 15)”
Berbuat tidak patuh terhadap orangtua  dalam menjalani perintah Allah SWT tidak menyebabkan kita dapat berbuat  seenaknya terhadap mereka. Kita tetap harus hormat dan menyayangi mereka  sepenuhnya.
Allah berfirman di ayat yang sama; “dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.”
Kesimpulannya, bagaimana mungkin kamu mematuhi ibumu namun melanggar Allah SWT yang menciptakan kamu dan ibumu???
3. Posisi dan lingkungan saya tidak membolehkan saya memakai jilbab.
Saudari  ini mungkin satu diantara dua tipe: dia tulus dan jujur, atau  sebaliknya, ia seorang penipu yang mengatasnamakan lingkungan  pekerjaannya untuk tidak memakai jilbab.
Kita akan memulai dengan menjawab tipe dia adalah wanita yang tulus dan jujur.
“Apakah  anda tidak menyadari saudariku tersayang, bahwa wanita muslim tidak  diperbolehkan untuk meninggalkan rumah tanpa menutupi auratnya dengan  hijab dan adalah kewajiban bagi setiap muslim untuk mengetahuinya?  Apabila engkau, saudariku, menghabiskan banyak waktu dan tenagamu untuk  melakukan dan mempelajari berbagai macam hal di dunia ini, bagaimana  mungkin engkau dapat sedemikian cerobohnya untuk tidak mempelajari  hal-hal yang akan menyelamatkanmu dari kemarahan Allah dan kematianmu?”
Bukankah  Allah SWT telah berfirman; “maka bertanyalah kepada orang yang  mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui (Q.S An-Nahl : 43).
Belajarlah  untuk mengetahui hikmah menutup auratmu. Apabila kau harus keluar  rumahmu, tutupilah auratmu dengan jilbab, carilah kesenangan Allah SWT  daripada kesenangan syetan. Karena kejahatan dapat berawal dari  pemandangan yang memabukkan dari seorang wanita.
Saudariku  tersayang, apabila kau benar-benar jujur dan tulus dalam menjalani  sesuatu dan berusaha, kau akan menemukan ribuan tangan kebaikan siap  membantumu, dan Allah SWT akan membuat segala permasalahan mudah  untukmu.
Bukankah Allah SWT telah berfirman; “Barangsiapa yang  bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.  Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. .”(QS.  AtTalaq :2-3).
Kedudukan dan kehormatan adalah sesuatu yang  ditentukan oleh Allah SWT. Dan tidak bergantung pada kemewahan pakaian  yang kita kenakan, warna yang mencolok, dan mengikuti trend yang sedang  berlaku. Kehormatan dan kedudukan lebih kepada bersikap patuh pada Allah  SWT dan Rasul-Nya SAW, dan bergantung pada hukum Allah SWT yang murni.
Dengarkanlah  kalimat Allah; “sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di  sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu..”(QS.  Al-Hujurat:13) .
Kesimpulannya, lakukanlah sesuatu dengan mencari  kesenangan dan keridhoan Allah SWT, dan berikan harga yang sedikit pada  benda-benda mahal yang dapat menjerumuskanmu.
4. Udara di daerah  saya amatlah panas dan saya tidak dapat menahannya. Bagaimana mungkin  saya dapat mengatasinya apalagi jika saya memakai jilbab?
Allah  SWT memberikan perumpamaan dengan mengatakan; “api neraka jahannam itu  lebih lebih sangat panas(nya) jikalau mereka mengetahui.. “ (Q.S  At-Taubah : 81)
Bagaimana mungkin kamu dapat membandingkan panas  di daerahmu dengan panas di neraka jahannam? Sesungguhnya saudariku,  syetan telah mencoba membuat tali besar untuk menarikmu dari panasnya  bumi ini kedalam panasnya suasana neraka. Bebaskan dirimu dari  jeratannya dan cobalah untuk melihat panasnya matahari sebagai anugerah,  bukan kesengsaraan. Apalagi mengingat bahwa intensitas hukuman dari  Allah SWT akan jauh lebih berat dari apa yang kau rasakan sekarang di  dunia fana ini. Kembalilah pada hukum Allah SWT dan berlindunglah dari  hukuman-Nya, sebagaimana tercantum dalam ayat; “mereka tidak merasakan  kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang  mendidih dan nanah” (QS. AN-NABA 78:24-25).
Kesimpulannya, surga  yang Allah SWT janjikan, penuh dengan cobaan dan ujian. Sementara jalan  menuju neraka penuh dengan kesenangan, nafsu dan kenikmatan.
5.  Saya takut, bila saya memakai jilbab sekarang, di lain hari saya akan  melepasnya kembali, karena saya melihat banyak sekali orang yang begitu.
Kepada  saudari itu saya berkata, “apabila semua orang mengaplikasikan logika  anda tersebut, mereka akan meninggalkan seluruh kewajibannya pada  akhirnya nanti! Mereka akan meninggalkan shalat lima waktu karena mereka  takut tidak dapat melaksanakan satu saja waktu shalat itu. Mereka akan
meninggalkan  puasa di bulan Ramadhan, karena mereka takut tidak dapat menunaikan  satu hari ramadhan saja di bulan puasa, dan seterusnya. Tidakkah kamu  melihat bagaimana syetan telah menjebakmu lagi dan memblokade petunjuk  bagimu? Allah SWT menyukai ketaatan yang berkesinambungan walaupun hanya  suatu ketaatan yang sangat kecil atau dianjurkan. Lalu bagaimana dengan  sesuatu yang benar-benar diwajibkan sebagaimana kewajiban memakai  jilbab?
Rasulullah SAW bersabda; “Perbuatan yang paling dicintai  Allah adalah perbuatan mulia yang terus menerus, yang mungkin orang lain  anggap kecil.”
Mengapa kamu saudariku, tidak melihat alasan  mereka yang dibuat-buat untuk menanggalkan kembali jilbab mereka dan  menjauhi mereka? Mengapa tidak kau buka tabir kebenaran dan berpegang  teguh padanya? Allah SWT sesungguhnya telah berfirman; “maka kami  jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan  bagi mereka yang datang di masa kemudian, serta menjadi pelajaran bagi  orang-orang yang bertakwa” (QS. AL BAQARAH 2:66)
Kesimpulannya,  apabila kau memegang teguh petunjuk dan merasakan manisnya keimanan, kau  tidak akan meninggalkan sekali pun perintah Allah SWT setelah kau  melaksanakannya.
6. Apabila saya memakai jilbab, maka jodohku akan sulit, jadi aku akan memakainya nanti setelah menikah.
Saudariku,  suami mana pun yang lebih menyukaimu tidak memakai jilbab dan  membiarkan auratmu di depan umum, berarti dia tidak mengindahkan hukum  dan perintah Allah SWT dan bukanlah suami yang berharga sejak semula.  Dia adalah suami yang tidak memiliki perasaan untuk melindungi dan  menjaga perintah Allah SWT, dan jangan pernah berharap tipe suami  seperti ini akan menolongmu menjauhi api neraka, apalagi memasuki surga  Allah SWT. Sebuah rumah yang dipenuhi dengan ketidak-taatan kepada Allah  SWT, akan selalu menghadapi kepedihan dan kemalangan di dunia kini dan  bahkan di akhirat nanti.
Allah SWT bersabda; “dan barangsiapa  berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang  sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan
buta” (QS. TAHA 20:124)
Pernikahan  adalah sebuah pertolongan dan keberkahan dari Allah SWT kepada siapa  saja yang Ia kehendaki. Berapa banyak wanita yang ternyata menikah  sementara mereka yang tidak memakai jilbab tidak?
Apabila kau,  saudariku tersayang, mengatakan bahwa ketidak-tertutupanmu kini adalah  suatu jalan menuju sesuatu yang murni, asli, yaitu pernikahan. Tidak ada  ketertutupan. Saudariku, suatu tujuan yang murni, tidak akan tercapai  melalui jalan yang tidak murni dan kotor dalam Islam. Apabila tujuannya  bersih dan murni, serta terhormat, maka jalan menuju kesana pastilah  harus dicapai dengan bersih dan murni pula. Dalam syariat Islam kita  menyebutnya : Alat atau jalan untuk mencapai sesuatu, tergantung dari  peraturan yang ada untuk mencapai tujuan tersebut.
Kesimpulannya, tidak ada keberkahan dari suatu perkawinan yang didasari oleh dosa dan kebodohan
7.  Saya tidak memakai jilbab berdasarkan perkataan Allah SWT : “dan  terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan  bersyukur)”( QS.Ad-Dhuhaa 93: 11). Bagaimana mungkin saya menutupi  anugerah Allah berupa kulit mulus dan rambutku yang indah?
Jadi  saudari kita ini mengacu pada Kitab Allah selama itu mendukung  kepentingannya dan pemahamannya sendiri ! ia meninggalkan tafsir  sesungguhnya di belakang ayat itu apabila hal itu tidak menyenangkannya.  Apabila yang saya katakan ini salah, mengapa saudari kita ini tidak  mengikuti ayat : “janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang  nampak daripadanya” (QS An-Nur 24: 31] dan sabda Allah SWT: “katakanlah  kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang  mukmin; hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya..” (QS Al-Ahzab 33:59).
Dengan  pernyataan darimu itu, saudariku, engkau telah membuat syariah sendiri  bagi dirimu, yang sesungguhnya telah dilarang oleh Allah SWT, yang  disebut at-tabarruj dan as-sufoor. Berkah terbesar dari Allah SWT bagi  kita adalah iman dan hidayah, yang diantaranya adalah menggunakan hijab.  Mengapa kamu tidak mempelajari dan menelaah anugerah terbesar bagimu  ini?
Kesimpulannya, apakah ada anugerah dan pertolongan terhadap wanita yang lebih besar daripada petunjuk dan hijab?
8.Saya  tahu bahwa jilbab adalah kewajiban, tapi saya akan memakainya bila saya  sudah merasa terpanggil dan diberi petunjuk oleh-Nya.
Saya  bertanya kepada saudariku ini, rencana atau langkah apa yang ia lakukan  selama menunggu hidayah, petunjuk dari Allah SWT seperti yang dia  katakan? Kita mengetahui bahwa Allah SWT dalam kalimat-kalimat bijak-Nya  menciptakan sebab atau cara untuk segala sesuatu. Itulah mengapa orang  yang sakit menelan sebutir obat untuk menjadi sehat, dan sebagainya.  Apakah saudariku ini telah dengan seluruh keseriusan dan usahanya  mencari petunjuk sesungguhnya dengan segala ketulusannya,
berdoa,  sebagaimana dalam surah Al-Fatihah 1:6 “Tunjukilah kami jalan yang  lurus” serta berkumpul mencari pengetahuan kepada muslimah-muslimah lain  yang lebih taat dan yang menurutnya telah diberi petunjuk dengan  menggunakan jilbab?
Kesimpulannya, apabila saudariku ini  benar-benar serius dalam mencari atau pun menunggu petunjuk dari Allah  SWT, dia pastilah akan melakukan jalan-jalan menuju pencariannya itu.
9.Belum  waktunya bagi saya. Saya masih terlalu muda untuk memakainya. Saya  pasti akan memakainya nanti seiring dengan penambahan umur dan setelah  saya pergi haji.
Malaikat kematian, saudariku, mengunjungi dan  menunggu di pintumu kapan saja Allah SWT berkehendak. Sayangnya,  saudariku, kematian tidak mendiskriminasi antara tua dan muda dan ia  mungkin saja datang di saat kau masih dalam keadaan penuh dosa dan  ketidaksiapan.
Allah SWT bersabda; “tiap umat mempunyai batas  waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat  mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya”  (QS Al-An’aam 7:34]
Saudariku tersayang, kau harus berlomba-lomba dalam kepatuhan pada Allah SWT;
“berlomba-lombalah  kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya  seluas langit dan bumu..” (QS Al-Hadid 57:21)
Saudariku, jangan  melupakan Allah SWT atau Ia akan melupakanmu di dunia ini dan  selanjutnya. Kau melupakan jiwamu sendiri dengan tidak memenuhi hak  jiwamu untuk mematuhi-Nya. Allah mengatakan tentang orang-orang yang  munafik, “dan janganlah kamu
seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri” (QS Al-Hashr 59: 19)
Saudariku,  memakai jilbab di usiamu yang muda, akan memudahkanmu. Karena Allah SWT  akan menanyakanmu akan waktu yang kau habiskan semasa mudamu, dan  setiap waktu dalam hidupmu di hari pembalasan nanti.
Kesimpulannya  , berhentilah menetapkan kegiatanmu dimasa datang, karena tidak seorang  pun yang dapat menjamin kehidupannya hingga esok hari.
10. Saya takut, bila saya memakai jilbab, saya akan di-cap dan digolongkan dalam kelompok tertentu! Saya benci pengelompokan!
Saudariku,  hanya ada dua kelompok dalam Islam. Dan keduanya disebutkan dalam  Kitabullah. Kelompok pertama adalah kelompok / tentara Allah (Hizbullah)  yang diberikan pada mereka kemenangan, karena kepatuhan mereka. Dan  kelompok kedua adalah kelompok syetan yang terkutuk (hizbush-shaitan)  yang selalu melanggar Allah SWT. Apabila kau, saudariku, memegang teguh  perintah Allah SWT, dan ternyata disekelilingmu adalah saudara-saudaramu  yang memakai jilbab, kau tetap akan dimasukkan dalam kelompok Allah  SWT. Namun apabila kau memperindah nafsu dan egomu, kau akan mengendarai  kendaraan Syetan, seburuk-buruknya teman.
KESIMPULAN
Tubuhmu, dipertontonkan di pasar para syetan dan merayu hati para pria.
Model  rambut, pakaian ketat yang mempertontonkan setiap detail tubuhmu,  pakaian-pakaian pendek yang menunjukkan keindahan kakimu, dan semua yang  dapat membangkitkan amarah Allah SWT dan menyenangkan syetan.
Setiap  waktumu yang kau habiskan dalam kondisi ini, akan terus semakin  menjauhkanmu dari Allah SWT dan semakin membawamu lebih dekat pada  syetan. Setiap waktu, kutukan dan kemarahan menuju kepadamu dari surga  hingga kau bertaubat.
Setiap hari membawamu semakin dekat kepada kematian.
“tiap-tiap  yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat  sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan  dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan  dunia itu tidak lain dari kesenangan yang memperdayakan” (QS Ali ‘Imran  3:185).
Naikilah kereta untuk mengejar ketinggalan, saudariku,  sebelum kereta itu melewati stasiunmu. Renungkan secara mendalam,  saudariku, apa yang terjadi hari ini sebelum esok datang. Pikirkan  tentang hal ini, saudariku, sekarang, sebelum semuanya terlambat!
Hidup ini bukan sekedar permainan…
*************
 
 
 

Kalam Habib Umar bin Segaf as-Segaf as-Shofi
Kita  teramat dimanja oleh Allah SWT. Sadarkah kita? Curahan kasihnya kepada  kita tak tepermanai. Ia menggadang-gadang kehadiran kita di firdaus-Nya.  Ya, ia merindukan kita.
Kala kita melesat jauh dari dekapannya,  Ia sigap. Ayat-ayatnya segera berseru memanggil kita, sabda-sabda  RasulNya akan lantang mengajak kita kembali.
Dan, kala kita terasuki  dosa, ia memberikan penawar. Penawar yang sangat mujarab membersihkan  ruhani kita dari gumpalan-gumpalan dosa. Penawar itu teracik dan  terkemas cantik dalam kalimat-kalimat sakti “istighfar”.
Habib Umar  bin Segaf as-Segaf, dalam karyanya, Tafrihul Qulub wa Tafrijul Kurub,  mendedah keagungan istighfar dengan mengalirkan seuntai kalimat ringkas  sebagai mukaddimah, “Istighfar adalah instrumen pemantik rizki”. Sudah  barang tentu, kalimat ini multi tafsir. Dalam pandangan salaf sekaliber  Habib Umar, kata “rizki” memuat berjuta makna, ada rizki ruhani, ada  rizki ragawi. Wallahu a’lam.
Beliau kemudian melanjutkan  kalamnya, “Kitabullah dan hadis-hadis Rasul SAW menyebutkan  fadhilah-fadhilah istighfar berulang kali. Diantara fadhilahnya adalah  melebur dosa-dosa, menetaskan jalan keluar dari pelbagai persoalan, dan  menyingkirkan kegalauan serta kesumpekan dari dalam hati.”
“Memang,  kesumpekan dan deraan persoalan, lazimnya berpangkal dari perbuatan  dosa. Oleh karena itu, seyogianya diobati dengan istighfar dan taubat  yang tulus ikhlas. Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa melazimi istighfar,  maka untuknya, Allah memberikan kebahagiaan dari kemasyghulan, jalan  keluar dari kesulitan-kesulitan, dan Ia akan melimpahkan rizki kepadanya  dengan cara-cara yang tak pernah diperhitungkannya.”
Seolah  hendak menegaskan, Habib Umar menyebutkan lagi fadhilah istighfar,  “Khasiat istighfar adalah menghapus dosa-dosa, memendam aib-aib,  memperderas rizki, mengalirkan keselamatan pada diri dan harta,  mempermudah capaian cita-cita, menyuburkan berkah pada harta, dan  mendekatkan diri pada-Nya.”
“Logikanya, untuk menyucikan baju  yang terciprat lumpur, kita bilas dengan sabun, bukan malah didekatkan  pada asap-asap tungku. Pun demikian hati kita. Agar kian bersih dan  molek, kita poles dengan istighfar, serta kita hindarkan dari  lumuran-lumuran maksiat.”
“Dulu kala, seseorang mengadu kepada  Imam Hasan Bashri mengenai kekeringan yang melanda negerinya. Sang Imam,  dengan kearifannya, memberikan resep sederhana, “beristighfarlah!”.  Lalu datang seorang lainnya. Kali ini ia mengeluhkan kefakiran yang  terus menggelayutinya. Sang imam memperlakukannya sama dengan yang  pertama. Ia memberikan resep istighfar kepadanya. Lalu datanglah orang  ketiga. Yang terakhir ini menyambat nestapa bahtera rumah tangganya  karena tak kunjung dianugerahi buah hati. Sikap sang imam masih seperti  sebelumnya. Ia memberikan resep istighfar. Kepada ketiga-tiganya, Imam  Hasan memberikan obat yang sama, yakni istighfar, untuk problematika  yang beragam. Ia juga menjelaskan dalil-dalil al-qur’an dan hadisnya  kepada mereka.”
“Suatu waktu, kemarau panjang menerpa negeri  muslimin. Amirul mukminin, Umar bin al-Khattab tak mau tinggal diam. Ia  segera berinisiatif memohonkan hujan. Akan tetapi, bukannya salat  istisqa’ yang dicanangkan Umar seperti pada galibnya. Kali ini, ia,  seorang diri, hanya melafalkan kalimat-kalimat istighfar.”
“Istighfar  Umar bukan sembarang istighfar. Tapi istighfar yang penuh ijabah. Tak  lama kemudian, hujan deras menggerojok tanah muslimin. Seseorang yang  keheranan langsung melempar tanya, “bagaimana bisa Anda memohon hujan  hanya dengan menggumamkan istighfar?”. Dengan enteng, Umar menukasi,  “Aku memohon hujan dengan kunci-kunci langit.”
Kalam-kalam Habib  Umar benar adanya. Kita perlu memaknainya dengan bijak. Barangkali,  berondongan musibah yang mendera tanah tumpah darah kita ini adalah  getah dari perbuatan kita sendiri. Tinggal bagaimana kita menyikapi?
Sejatinya,  kita membutuhkan figur Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu. Tapi,  mengharap sosok Umar, di era seporak-poranda kini, ibarat kerdil  merindukan bulan, Sia-sia saja. Jadi, alangkah layaknya bila kita mulai  membudayakan taubat dan istighfar di tengah-tengah rutinitas kita. Mari  kita basahi bibir-bibir kita dengan istighfar, dengan pengharapan,  barangkali Allah SWT berkenan menyetarakan istighfar kolektif kita ini  dengan sebiji istighfar Umar bin al-khattab. Astaghfirullah rabbal  baraya, astaghfirullah minal khathaya.
 
 
 
            
        
          
        
          
        

LOVE IS CINTA
____________
cinta adalah fitrah yang wujud dalam jiwa manusia. 
cinta wujud bila 'heart' tertarik kpd yg dcintai dengan penuh emosi dan happy. 
Love is Cinta...cinta itu suci..mahal n tinggi tarafnya
1. Cinta wujud sejak kita dilahirkan...
# Rasa cinta sedia wujud di dalam jiwa manusia sejak manusia itu lahir ke
dunia.Cuma manusia akan melalui tahap-tahap kelahiran cinta bermula dari
cinta kepada belaian ibu,membawa kepada cinta kepada kekasih dan akhirnya
setelah puas mencari cinta suci,maka akan cinta kepada Tuhan Wujudnya cinta
itu tidak dapat dilihat tapi dapat dirasa dan cinta sebenar cinta itu suci
murni serta putih bersih.
2. Cinta Bersedia..
# Cinta Bersedia
Bila sampai masanya di setiap tahap-tahap cinta,maka Tuhan menjadikan
manusia itu bersedia menerima cinta itu.Pada mulanya jiwa itu bersedia
menerima cinta,lantas sedia pula untuk berkongsi rasa kewujudan dengan
dikasihi.Sedia untuk mengikat setia serta saling memahami.Setia untuk
dipertanggungjawapkan kerana cinta.Sedia untuk menyerah diri pada yang
dicintai.
3. Cinta itu indahhh...
# Walaupun kewujudan cinta tidak bisa dilihat,tetapi cinta itu indah dan
cantik.Cantiknya itu tulin dan tidak ia bertopeng.Bukan saja ia cantik
malah suci murni,bercahaya gemerlap dan putih bersih.
4. Cinta itu Mengetahui...
# Pada asasnya sebenarnya cinta itu mengetahui.Orang yang bercinta tahu
siapa yang patut dicintainya.Cinta tidak perlu bertanya.Manusia boleh
jatuh cinta tanpa membaca ilmiah atau novel tentang cinta.Mereka tahu
apa yang perlu dilakukan.Tapi,cinta cuma tahu bercinta. Ia tidak tahu
akan peraturan cinta jika tiada diberikan panduan.
5. Cinta itu mengharapkan balasan
# Cinta antara manusia itu berkehendak kepada jodoh atau pasangan,dari
diri yang punya persamaan,dari diri yang asalnya satu. Bila dapat yang
dicari,bermakna cinta itu menganggap telah bertemu yang paling sesuai
dan secucuk dengan jiwanya, untuk bersatu kembali. Kehendak itu timbal
balik sifatnya kerana manusia dalam bercinta tidak hanya menerima tapi
juga menerima.
6. Cinta itu hidup..
# Cinta adalah ibarat manusia,boleh berputik,lalu mekar serta boleh
layu dan gugur. Cinta itu punya deria dan perasaan.Cinta mendengar
cinta,berkata cinta,melihat cinta. Cinta ada segala-galanya. Sayang,
benci, cemburu, gembira, sedih, tenang,tertekan ,ketawa dan menangis.
Cinta itu hidup sampai satu ketika ia akan menemui mati. Tapi ramai orang
berharap agar cinta itu kekal selagi dia masih hidup dan tetap hidup
walaupun telah mati.
7. Cinta itu suci...
# Sebagaimana yang banyak dikatakan orang, cinta itu suci. Sucinya cinta
bukan bermakna ia tidak mengharap balasan. Cinta mengharap balasan
cinta. Sucinya cinta bermakna ia tidak bernoda dan tidak pula berdosa
Itulah sifat asal cinta, ia suci bagaikan anak yang baru lahir. Mereka
yang kenal erti cinta akan cuba mengekalkan cinta itu sesuci mungkin.
Mengekalkan cinta suci bermakna menjauhkan ia dari godaan nafsu yang
tidak ada batasan. Kerana nafsulah cinta suci jadi bernoda dan berdosa.
8. Cinta itu mempersona
# Cinta itu bukan saja indah,tapi mempersonakan. Ia bukan kerana cinta
itu nakal sifatnya tapi kerana ia suci dan bersih. Ia adalah sebagai-
mana anda melihat pada anak kecil yang comel dan bersih. Dia senyum
pada anda dan merapati anda. Anda terpesona kerana bukan saja ianya
comel,tapi kerana dia adalah insan yang tidak berdosa. Kerana sifat
cinta yang mempersona ini selalunya manusia itu berbuat silap bila
bercinta. Apa saja yang dilakukan oleh kekasihnya mempersonakannya
dan nampak cantik serta betul walaupun itu adalah satu dosa dan akan
menodai cinta itu sendiri.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Itulah  juga yang menyebabkan orang yang bercinta itu walaupun seorang yang  bijaksana, akan menjadi bodoh kerana pesona cinta. Akal itu mampu  dikalahkan oleh nafsu. Nafsu itu tidak boleh dikalahkan melainkan jika  anda sentiasa ingat kepada Tuhan Maha Pencipta..
 
 
 

Ada seorang sahabat yang menemui seorang pemimpin yang alim, kaya dan sholeh.
Dia orang yang sangat sopan, terkenal menghargai setiap orang dan mempunyai pribadi yang sangat menyenangkan.
Ketika  ditanya oleh sahabat tersebut apa TIPS agar dia mempunyai pribadi yang  MENYENANGKAN, RENDAH HATI dan DISENANGI banyak orang, pemimpin yang  sholeh itu menjawab:
” Saudara , saya SELALU mengHARGAi SETIAP ORANG, siapapun dia, dan saya SELALU mengHARGAi setiap KESEMPATAN”
“Jika  saya berjumpa dengan ANAK-ANAK, saya menganggap anak-kanak itu LEBIH  MULIA daripada saya, karena anak-kanak ini BELUM BANYAK melakukan DOSA  daripada saya.”
” Apabila saya bertemu dengan ORANG TUA, saya menganggap dia LEBIH MULIA  daripada saya karena dia sudah LEBIH LAMA  berIBADAH.”
”Jika  saya berjumpa dengan ORANG ALIM, saya menganggap dia LEBIH MULIA  daripada saya karena BANYAK ILMU yang telah mereka pelajari dan  ketahui.”
“Apabila saya berjumpa dengan RAKYATku, saya menganggap  dia LEBIH MULIA daripada saya karena dia tidak akan DIMINTA PERTANGGUNG  JAWABAN seberat saya, dan mungkin di mata Allah dia LEBIH MULIA karena  lebih berTAKWA.”
”Apabila saya melihat ORANG JAHIL (BODOH), saya  menganggap mereka LEBIH MULIA daripada saya karena mereka membuat DOSA  dalam keJAHILan, sedangkan saya membuat DOSA dalam keadaan MENGETAHUI.”
”Jika  saya melihat ORANG JAHAT, saya TIDAK menganggap kita LEBIH MULIA karena  mungkin satu hari nanti dia akan INSAF dan BERTAUBAT atas kesalahannya  sehingga dia DICINTAI oleh Allah.”
”Apabila saya bertemu dengan  ORANG KAFIR, saya mengatkan didalam hati bahwa mungkin pada suatu hari  nanti mereka akan DIBERI HIDAYAH oleh Allah dan akan memeluk Islam, maka  segala dosa mereka akan DIAMPUNI oleh Allah.”
Dan…
Karena sesungguhnya kita TIDAK TAHU apakah AKHIR HIDUP kita lebih LEBIH MULIA atau LEBIH HINA dari mereka.
Karena  sesungguhnya kita TIDAK TAHU apakah kita akan mendapat AMPUNAN dan  RAHMAT dari Allah sehingga nantinya menjadi penghuni SURGA, atau  sebaliknya kita pada akhirnya TERPEROSOK  dalam DOSA di AKHIR HIDUP kita  sehingga akhirnya masuk ke dalam NERAKA dan mereka SEBALIKNYA.
Karena KEMULIAAN yang sesungguhnya adalah bila dia selamat dari NERAKA dan dimasukkan oleh Allah ke dalam SURGA.
Karena KEHIDUPAN DUNIA adalah FATAMORGANA yang MENIPU, dan  hanya Allah yang mengetaui KEMULIAAN seseorang.”
Dan karena sesungguhnya Rasulullah shalallaahu ’alaihi wa sallam telah bersabda  (dari Abu Abdurahman Abdullah ibn Mas’ud ra) :
”Sesungguhnya  seseorang di antara kamu dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya  selama 40 hari berupa air mani. Kemudian 40 hari menjadi segumpal darah,  kemudian 40 menjadi sepotong daging.
Kemudian diutuslah seorang  Malaikat untuk MENIUPKAN ROH kepadanya dan diperintah dengan 4 (macam)  perintah, yaitu meNULISkan REZEKInya, AJALnya, AMALnya, dan CELAKAnya  atau BAHAGIAnya.
Demi Dzat yang tiada Tuhan selain Dia,  sesungguhnya seseorang diantara kamu melakukan AMAL AHLI SURGA hingga  tiada jarak antara dirinya dengan SURGA, melainkan hanya SEJENGKAL saja,  Lalu dia didahului oleh CATATAN TAKDIRnya dan beramal dengan AMAL AHLI  NERAKA, maka masuklah dia ke NERAKA.
Dan (ada pula) seseorang  diantara kamu melakukan AMAL AHLI NERAKA hingga tiada jarak antara  dirinya dengan NERAKA, melainkan hanya SEJENGKAL saja, Lalu dia  didahului oleh CATATAN TAKDIRnya dan beramal dengan AMAL AHLI SURGA,  maka masuklah dia ke SURGA”
(HR. Bukhari, Muslim)
Akhirnya  dengan mengangguk-angguk sahabat tadi berkata : “Subahnallah dengan  HIKMAH ini semoga Engkau akan selalu MEMULIAKAN orang lain dan  MEMULIAKAN KESEMPATAN , sehingga akan  DIMULIAKAN oleh Allah subhanahu  wa ta’la”
Pemimpin tersebut menjawab : “Amin yaa Rabbal ‘aalamiin”
Wallahu a’lam bish showab
Semoga dapat mengambil HIKMAH dan mengamalkannya
 
 
 

I LOVE YOU FOREVER
**********************
Tit..  tiit ? "I love u". Setiap pagi aku menerima SMS bernada seperti itu.  Atau terkadang berupa gambar yang melambangkan cinta. Bukan siapa-siapa,  karena wanita yang rajin tak pernah absen mengirimiku ungkapan cinta  itu tak lain adalah istriku sendiri. Kemarin kuberitahu dia bahwa  tindakannya itu memalukan, untuk sebuah keluarga yang sudah memiliki dua  anak, tidak usahlah 'cinta-cinta-an' seperti halnya orang pacaran atau  pengantin baru saja. Tapi ia tidak menggubrisnya, bahkan ia semakin  sering dengan menambah rutinitas itu pada setiap sorenya.
Enam  setengah bulan lalu, malah dia melakukan satu seremoni yang bagiku  hanyalah buang-buang uang saja dan tak selayaknya ia melakukan itu.  Malam itu sesampainya aku di rumah, kudapati rumahku hanya diterangi  oleh lampu yang remang-remang. Rupanya istriku mengganti lampu ruangan  makan kami, agar terkesan lebih romantis, katanya. Sementara dua anakku  sudah terlelap menikmati mimpinya, kulihat beberapa batang lilin menyala  diatas meja makan yang diatasnya sudah tersedia hidangan penuh selera  yang menjadi kesukaanku. Dengan gaun malamnya, ia terlihat begitu  cantik. Aku baru ingat, hari itu adalah ulang tahun ketiga pernikahan  kami. Bahkan satu bulan sebelumnya, ia mengajakku keluar bersama  anak-anak. Kami makan di sebuah restoran yang cukup bagus. Ia yang  membayar semuanya, katanya. Pikirku, dari mana ia mendapatkan uang, toh  ia tak bekerja. Akhirnya kuketahui itu uang yang ia sisihkan dari jatah  bulanan yang kuberikan. Hanya saja bagiku, sekedar merayakan ulang  tahunku tidak perlu repot-repot dan mahal seperti ini. Cukup dengan  membeli makanan di pasar dan dimakan bersama-sama, selesai, yang penting  kita bersyukur kepada-Nya bahwa kita masih diberikan kekuatan dan  kesabaran dalam mengemban amanah-Nya sampai usia kita bertambah hari  itu.
Yang kuheran, malam sebelumnya tepat pukul 00.01 WIB ketika  detik pertama pada tanggal kelahiranku, sebuah kecupan hangat mendarat  di keningku. Kubuka perlahan mataku dan kudapatkan senyumannya yang  manis. Malam itu ia menghadiahiku sebuah jam tangan yang didalam bungkus  kadonya terdapat sebuah kartu ucapan bertuliskan: "Take My Heart In  Your Arm".
O ya, sekedar memberitahu, handphone yang kupakai  sekarang ini adalah handphone hadiah darinya pada saat ulangtahun  pernikahanku enam setengah bulan yang lalu itu. Aku sempat menolaknya,  karena handphone-ku sebelumnya juga masih bagus. Dengan sedikit senyum  ia menghulurkan sebungkus kado cantik itu. Didalamnya, kutemukan kembali  sebuah kartu bertuliskan sebuah pesan (harap) singkat: "Keep In Touch,  Please?". Lucunya, aku lupa bertanya, bagaimana cara ia mendapatkan  barang semahal itu. Ah mungkin karena aku sedang terkagum-kagum saja  kepada istriku itu, yang membuat aku lupa.
SMS terakhir yang aku  terima pagi ini, masih sama isinya. Namun entah kenapa hari ini aku  menitikkan air mata. Kuperhatikan kembali rangkaian kata-kata dalam  pesan itu, padahal setiap hari aku membacanya. I-L-O-V-E-U. kuperhatikan  satu persatu huruf yang terangkai singkat itu, namun titik air dari  mataku semakin bertambah. Aku jadi teringat dengan handphone hadiah  darinya, teringat dengan makan malam istimewa nan romantis saat ulang  tahun pernikahanku enam setengah bulan yang lalu, jam tangan hadiah  darinya saat ulangtahunku, semua perhatian, cinta dan kasih sayangnya  kepadaku. Ooh ?
Tiba-tiba mataku menatap lingkaran merah di satu  tanggal pada kalender mejaku. Disitu tertulis, "Ultah istriku". Ya  Allah? aku hampir saja melupakannya kalau besok adalah hari ulang  tahunnya. Sementara hari sudah sore, aku bingung harus menyiapkan hadiah  apa untuknya, padahal uangku sudah habis, tak mungkinlah jika aku  meminta kepadanya untuk membeli hadiah untuknya, jelas nggak surprise.
Akhirnya,  aku nekat menelepon beberapa teman dan karibku, atau siapapun yang bisa  kupinjam uangnya. Aku ingin memberinya sesuatu. Namun, apa daya, tak  satupun dari mereka bisa meminjamkannya karena memang selain mendadak,  bukan tanggal yang tepat bagi siapapun untuk meminjam uang di tanggal  tua. Aku lemas, hari sudah terlalu malam bagiku untuk mengetuk pintu  orang kesekian untuk kupinjami uangnya. Lagipula toko-toko mulai tutup,  kalaupun aku mendapatkan uangnya, sudah terlambat untuk membeli sesuatu.  Langkahku gontai, aku malu jika pulang tak membawa apa-apa. Aku  menyesal, rupanya kesibukan dan sifat egoisku yang selama ini menutupi  semua perhatian dan cinta yang diberikannya, hingga tak sekalipun aku  membalasnya. Sambil berjalan, lalu terbetik sebuah ide kecil dibenakku?  Aku pulang, kudapati rumahku sudah sepi, istri dan kedua anakku sudah  terlelap. Aku tak ingin membangunkan mereka. Belum juga mataku merapat  karena masih membayangkan betapa menyesalnya aku yang telah mengabaikan  perhatian dan kasih sayangnya selama ini, bahkan tak sepatah kata  'terima kasih' pun aku ucapkan untuk semua cintanya itu.
Satu jam  kemudian, istriku terbangun untuk menunaikan sholat malamnya. Biasanya  ia membangunkan aku (atau sebaliknya jika aku bangun terlebih dulu)  untuk sholat bersama. Namun ia tak segera, karena kuyakin matanya  langsung menatap setangkai bunga mawar merah yang kuletakkan disamping  bantal tidurnya. Sementara aku masih berpura-pura terlelap, namun mataku  sesekali menangkap senyuman di bibirnya ketika ia membaca kertas kecil  yang kuikatkan ditangkai bunga itu, "Maafkan abang dik, yang telah  melupakan perhatian dan cinta adik. Bunga ini memang tidak akan mampu  membalas semua yang telah adik berikan.. with love?"
Sahabat,  berapapun usia pernikahan kita, tetaplah perbaharui cinta berdua dengan  senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang. Sehingga kelak,  cita-cita berdua sampai di surga-Nya bukanlah sekedar impian. Dengan  cinta dan perhatian yang tulus kepada pasangan kita, segala cobaan,  ujian seberat apapun akan mampu diatasi bersama, selamanya, tanpa harus  berakhir dengan tangis dan penyesalan. Sehingga juga dengan itu, waktu  yang kita punya tak habis terpakai untuk menyelesaikan semua persoalan,  dan kita bisa lebih memfokuskan harap dan do'a semoga Allah tersenyum  juga mencurahkan cinta-Nya karena kasih dan sayang setiap hamba kepada  pasangannya.
semoga bermanfaat.
 
 
 

Menikah? Siapa Takut
Wulan  sedang bingung. Pasalnya pernikahannya hanya tinggal satu pekan lagi.  Seluruh persiapan sudah dilakukan, dari mulai mengurus surat nikah,  sampai pernak-pernik pesta perkawinan. Tapi ada yang mengganjal dalam  pikiran Wulan. Ada rasa khawatir yang tidak ia ketahui sumbernya.  Berbagai masukan dari keluarga tentang tata cara dan perlengkapan pesta  perkawinan, yang berbeda dari keinginannya juga sering membuat tensi  Wulan naik. Belum lagi, pengetahuannya tentang dunia perkawinan masih  sangat terbatas sekali, membuatnya semakin nervous menghadapi  pernikahan.
Lain lagi dengan Narti. Setelah sekian lama melajang,  akhirnya datanglah sang pangeran untuk melamarnya. Sebenarnya Narti  sudah membaca banyak buku tentang perkawinan. Ia juga memiliki banyak  teman yang sudah menikah dan memiliki anak juga yang membuat ia faham  tentang dunia pernikahan dan pernak-perniknya. Tapi ada sesuatu yang  membuatnya khawatir, sanggupkah ia menjadi isteri dan ibu yang baik bagi  keluarganya. Apakah ia mampu berbagi segala hal dengan suaminya kelak,  sedangkan saat ini ia sudah terbiasa mandiri. Mengurus semuanya sendiri.  Tiba-tiba ia jadi takut menghadapi pernikahan yang sudah semakin dekat.
Banyak  orang yang bingung ketika menghadapi pernikahan. Ada yang sibuk  mempersiapkan pernak-pernik pernikahan dan pesta pernikahan, tetapi lupa  mempersiapkan ilmu, mental dan spiritual dalam menjalaninya. Meskipun  setiap orang tahu bahwa pernikahan adalah ibadah, menggenapkan setengah  agama, tetapi karena kesibukan persiapan perlengkapan nikah dan pestanya  sering membuat nuansa ibadah dalam pernikahan tersebut terlupakan.
Ada  beberapa persiapan yang perlu dihadapi menjelang pernikahan, yaitu  persiapan ilmu tentang pernikahan, persiapan mental/psikologis dalam  menghadapi pernikahan, persiapan ruhiyyah menjelang pernikahan serta  persiapan fisik sebelum menikah.
1. Persiapan Ilmu tentang pernikahan
Hal  yang perlu dipersiapkan adalah memperjelas visi pernikahan. Untuk apa  kita menikah. Visi yang jelas dan juga sama antara calon suami dan  isteri insya Allah akan melanggengkan pernikahan.
Banyak orang  yang menikah hanya karena cinta, atau mengikuti tradisi masyarakat. Bisa  juga karena malu karena sudah cukup umur tetapi masih belum juga menuju  pelaminan. Alasan-alasan seperti ini tidak memiliki akar yang jelas.  Bisa juga menjadi sangat rapuh ketika memasuki bahtera rumah tangga, dan  akhirnya hancur ketika badai rumah tangga datang menerjang.
Sebagai  muslim yang memiliki rujukan hidup yang jelas, tentu kita tahu bahwa  menikah itu karena ibadah. Visi pernikahan dalam Islam adalah menimba  banyak pahala melalui aktivitas berumah tangga. Menjauhkan diri dan  keluarga dari api neraka, dan akhirnya berusaha meraih kebahagiaan di  dunia dan di akhirat. Bila seseorang memiki visi seperti ini insya Allah  hari-hari yang dilaluinya setelah menikah akan berusaha dihadapi sesuai  dengan hukum-hukum Islam.
Ilmu yang lain yang harus diketahui  adalah tentang hukum-hukum pernikahan. Seperti tentang rukun nikah,  yaitu mempelai pria dan wanita, dua orang saksi, wali dari pihak  perempuan dan ijab kabul. Bila sudah terpenuhi semuanya, insya Allah  pernikahan menjadi sah secara agama.
Lalu kewajiban memberi mahar  sesuai yang diminta oleh pihak wanita. Lalu masalah walimatul ursy  (pesta pernikahan). Tradisi-tradisi daerah bukanlah hal yang wajib untuk  dilakukan. Bahkan sebisa mungkin dihindari tradisi yang bertentangan  dengan aqidah Islam. Lalu juga mempermudah semua proses pernikahan  adalah lebih utama. Juga menyederhanakan pesta pernikahan, tidak  bermewah-mewah lebih baik dalam pandangan Islam.
2. Persiapan mental/psikologis menghadapi pernikahan.
Pernikahan  adalah kehidupan baru yang sangat jauh berbeda dari masa-masa  sebelumnya. Dalam pernikahan berkumpul dua pribadi yang berbeda yang  berasal dari keluarga yang memiliki kebiasaan yang berbeda. Didalamnya  terbuka semua sifat-sifat asli masing-masing. Mempersiapkan diri untuk  berlapang dada menghadapi segala kekurangan pasangan adalah hal yang  mutlak diperlukan. Begitu juga cara-cara mengkomunikasikan pikiran dan  perasan kita dengan baik kepada pasangan juga perlu diperhatikan, agar  emosi negatif tidak mewarnai rumah tangga kita.
Di dalam  pernikahan juga diperlukan rasa tanggung jawab untuk untuk memenuhi hak  dan kewajiban masing-masing. Sehingga setiap anggota keluarga tidak  hanya menuntut hak-haknya saja, tetapi berusaha untuk lebih dulu  memenuhi kewajibannya.
Pernikahan merupakan perwujudan dari tim  kehidupan kita untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Oleh  karena itu kerja sama, saling mendukung dalam segala hal sangat  diperlukan. Termasuk dalam pendidikan anak. Pernikahan juga merupakan  sarana untuk terus menerus belajar tentang kehidupan. Ketika memasuki  dunia perkawinan seseorang belajar untuk menjadi bagian dari tim  kehidupan. Ketika memiliki anak seseorang belajar untuk mendidik anak  dengan cara yang baik. Tidak jarang juga orang tua perlu memaksa diri  untuk merubah kebiasaan-kebiasaan buruknya agar tidak ditiru oleh anak.  Ketika anak-anak menjelang dewasa orang tua belajar untuk menjadikan  anak-anaknya sebagai teman, sebagai bagian dari tim kehidupan yang aktif  menggerakkan roda kehidupan, dan seterusnya.
3. Persiapan Ruhiyyah/ spiritual.
Menikah  itu ibadah, oleh karena itu seluruh proses yang dilalui dalam  pernikahan itu harus dengan nuansa ibadah. Proses sebelum menikah sampai  pernikahan itu sendiri juga setelah menikah tidak boleh jauh dari  nuansa penghambaan diri kepada Allah. Sebelum menikah peningkatan  kualitas diri dan kualitas ibadah mutlak diperlukan. Berdoa kepada Allah  untuk mendapatkan suami yang sholih dan anak-anak yang akan menjadi  penyejuk mata.
Bergaul dengan orang-orang yang sholih yang dapat  menjaga dien kita juga perlu dilakukan. Membaca buku-buku tentang  keutamaan pernikahan juga perlu dilakukan untuk menguatkan niat kita  dalam menikah.
Ketika pinangan datang, ibadah semakin  dikencangkan. Terus memohon kepada Allah untuk mendapatkan yang terbaik  sebagai pasangan kita. Saat ini, perlu juga kita membersihkan hati agar  niat ibadah dalam pernikahan ini tidak menyimpang. Juga menjaga kesucian  hubungan kita dengan calon suami sampai datangnya waktu pernikahan  sangat diperlukan, agar tidak terjatuh dalam godaan setan.
Masa-masa antara meminang dan pernikahan ini sebaiknya dipersingkat agar kebersihan niat dan hubungan kedua insan bisa terjaga.
4. Persiapan Fisik
Yang  terakhir yang tidak kalah penting dalah mempersiapkan tubuh kita untuk  memasuki dunia pernikahan. Mengetahui alat-alat reproduksi wanita dan  cara kerjanya sangat penting bagi kita.
Memeriksa kesehatan alat-alat reproduksi juga penting agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan setelah menikah.
Selain  itu juga kita harus mengetahui tentang seks yang sehat. Banyak ornag  yang sudah menikah tapi tidak tahu bagaimana berhubungan seks dengan  sehat dan menyenangkan bagi masing-masing pasangan.
Hal ini penting karena merupakan bagian dari kunci kebahagiaan dalam berumah tangga.
@from Kajian Muslimah
 
 
 

1. Berhati-hatilah, hendaknya materi bercanda jangan mengandung nama
Allah, ayat2-Nya, sunnah rasul-Nya atau ayi'ar2 islam. Allah berfirman
tentang orang2 yang memperolok2 sahabat nabi,yang ahli baca Qur'an
yang artinya: " dan jangan kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa
yang mereka lakukan), tentulah mereka menjawab,"sesungguh nya kami
hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." katakanlah," apakah
dengan Allah, ayat0ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? "
tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah
beriman."(At- taubah 65-66)
2. Jangan sampai percandaan itu mengandung dusta maupun mengada-ada
cerita2 khayalan supaya orang lain tertawa. Rasulullah SAW bersabda:"
celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta supaya dangannya
orang banyak jadi tertawa.celakalah baginya dan celakalah."( HR.ahmad
dan dinilai hasan oleh al-albani)
3. Percandaan jangan sekali kali mengandung unsur menyakiti perasaan
seseorang. Rasulullah SAW bersabda,"janganlah seseorang diantara kamu
mengambil barang temannya apakah itu hanya canda atau sungguh2; dan
jika telah mengambil tongkat temannya, maka ia harus mengembalikan
kepadanya."( HR.ahmad dan abu daud;dinilai hasan oleh al-albani)
4. Pangan bercanda terhadap orang yang lebih tua atau terhadap orang
yang tidak bisa bercanda atau tidak dapat menerimanya, atau terhadap
permpuan yang bukan mahram.
5. Janganlah memperbanyak canda sehingga menjadi tabiatmu, maka
jatuhlah wibawa yang mengakibatkan mudah dipermainkan oleh orang lain.